Profil

Adanya berbagai macam organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama ternyata tidak mampu membendung hasrat untuk berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin secara nasional. Hal itu terbukti pada Konferensi Besar IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta disepakati untuk berdirinya organisasi kemahasiswaan Nahdliyin.

Kemudian dibentuklah panitia sponsor berdirinya organisasi mahasiswa Nahdliyin yang berjumlah 13 orang mahasiswa NU dari berbagai daerah. Ketiga belas panitia tersebut kemudian mengadakan pertemuan yang disebut dengan Musyawarah Mahasiswa NU. Pertemuan tersebut diselenggarakan pada tanggal 14-16 April 1960 di Gedung Madrasah Muallimin Nahdlatul Ulama (Gedung Yayasan Khadijah) Wonokromo Surabaya. Selanjutnya hasil musyawarah tersebut diumumkan di Balai Pemuda pada tanggal 21 Syawal 1379 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 17 April 1960. Maka mulai saat itulah PMII berdiri dan tanggal 17 April 1960 dinyatakan sebagai hari jadi PMII yang diperingati dengan istilah Hari lahir (Harlah).

Adapun 14 mahasiswa NU sponsor atau panitia yang selanjutnya disepakati sebagai pendiri PMII yaitu:

1. Sahabat Chalid Mawardi (Jakarta)

2. Sahabat M. Said Budairy (Jakarta

3. Sahabat M. Sobich Ubaid (Jakarta

4. Sahabat Makmun Syukri (Bandung)

5. Sahabat Hilman Badrudinsyah (Bandung)

6. Sahabat H. Ismail Makky (Yogyakarta)

7. Sahabat Moensif Nachrowi ( Yogyakarta)

8. Sahabat Nuril Huda Suaiby (Surakarta)

9. Sahabat Laily Mansur (Surakarta)

10. Sahabat Abdul Wahab Jaelani (Semarang)

11. Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)

12. Sahabat M. Chalid Narbuko (Malang)

13. Sahabat Ahmad Hussein (Makasar)

14. Sahabat A.A. Murtadhlo

Kepemimpinan PB PMII Masa ke Masa

Sejak berdiri, PMII telah dipimpin oleh Ketua Umum sebagai berikut:

1. Sahabat Mahbub Djunaidi (1960-1967)

2. Sahabat M. Zamroni (1967-1973)

3. Sahabat Abduh Paddare (1973-1977)

4. Sahabat Ahmad Bagja (1977-1981)

5. Sahabat Muhyiddin Arusbusman (1981-1985)

6. Sahabat Suryadharma Ali (1985-1988)

7. Sahabat M. Iqbal Assegaf (1988-1991)

8. Sahabat Ali Masykur Musa (1991-1994)

9. Sahabat A. Muhaimin Iskandar (1994-1997)

10. Sahabat Syaiful Bahri Anshori (1997-2000)

11. Sahabat Nusron Wahid (2000-2003)

12. Sahabat A. Malik Haramain (2003-2005)

13. Sahabat Hery Hariyanto Azumi (2005-2008)

14. Sahabat M. Rodli Kaelani (2008-2011)

15. Sahabat Addin Jauharudin (2011-2014)

16. Sahabat Aminuddin Ma’ruf (2014-2017)

17. Sahabat Agus Mulyono Herlambang (2017-2021)

18. Sahabat M. Abdullah Syukri (2021-2024)

Hubungan Struktural PMII-NU
Saat didirikan pada tahun 1960, PMII merupakan Badan Otonom (Banom) dari NU sebagai induk organisasi. Perjalanan PMII sebagai underbow NU bertahan hinggal tahun 1972. Pada tahun itu PMII menyatakan diri sebagai organisasi independen yaitu tidak berafiliasi dengan organisasi manapun. Deklarasi Independensi PMII dicetuskan pada tanggal 14 Juli 1972 di Murnajati Lawang Malang Jawa Timur. Deklarasi itu kemudian dikenal dengan “Deklarasi Murnajati”.

Menyadari kultur dan historis PMII tidak bisa dipisahkan dengan NU, pada Kongres X tanggal 27 Oktober 1991 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dideklarasikan posisi “Interdependensi PMII-NU”. Selanjutnya untuk mempertegas posisi interdependen, pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PB PMII tanggal 24 Desember 1991 di Cimacan Jawa Barat dikeluarkan “Impelementasi Interdependensi PMII-NU” dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Ukhuwah Islamiyah
2. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
3. Mabadi Khoiru Ummah
4. Al-Musawah
5. Hidup berdampingan dan berdaulat secara penuh.

Format Profil PMII
Dekalarasi Format Profil PMII yang dicetuskan pada Kongres X tahun 1991 merupakan kristalisasi dari tujuan pergerakan sebagaimana tercantum dalam AD/ART yaitu: “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.

Atas dasar itulah, PMII membakukan dan menetapkan Trilogi PMII berupa:

 Tri Motto : Dzikir, Fikir, Amal Shaleh
 Tri Khidmah : Taqwa, Intelektual dan Profesional
 Tri Komitmen : Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan
 Eka Citra Diri : Ulul Albab

Sekilas PMII Sukoharjo
Sebelum PMII cabang Sukoharjo terbentuk dahulu ada komisariat Raden Mas Said yang pada saat itu ruang geraknya di kampus STAIN Surakarta yang sekarang menjadi Kampus IAIN Surakarta, Komisariat Raden Mas Said yang dibawah instruksi dan koordinasi cabang Kota Surakarta, kemudian mencoba untuk mendirikan cabang sendiri karena perkembangan kader hari demi hari semakin banyak.
Pada tahun 2002 mendirikan cabang persiapan yang menghasilkan Ketua Cabang pertama Sahabat Supriyadi. PMII Cabang Sukoharjo saat ini mempunyai dua komisariat bernama Komisariat Raden Mas Said yang membawahi lima rayon, yaitu Rayon Sunan Kalijaga, Rayon Sunan Gunung Jati, Rayon Abdurrahman Wahid, Rayon Mohamad Hatta dan Rayon Ali Ahmad Baktsir. Pada kepengurusan Sahabat Ginanjar terbentuklah Komisariat Persiapan Ki Ageng Pengging – Universitas Boyolali. PMII Cabang Sukoharjo telah berjalan 18 Tahun dan telah ikut pula mewarnai dinamika di Solo Raya khususnya Kabupaten Sukoharjo semenjak Tahun 2002 hingga saat ini. dalam perjalananya PC PMII Kabupaten Sukoharjo telah dipimpin oleh 14 Orang Ketua Mandataris KONFERCAB. Urutan Ketua PC PMII kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

  1. Supriyadi, S.H.I. (2002 – 2004)
  2. Ali Mahbub, M.Pd. (2004 – 2005)
  3. Hakiman., M.Pd. (2005 – 2006)
  4. Sri Rahayu, S.Pd.I. (2006 – 2007)
  5. Novita Ulya, S.Pd.I. (2007 – 2008)
  6. Mahmudi, S.Sy. (2008 – 2010)
  7. Eko Sumadi, M.Pd.I. (2010 – 2012)
  8. Jampit Ludiro Sri P., S.Sy. (2012 – 2013)
  9. Wakhid Andriyanto., M.Pd. (2013 – 2015)
  10. Devit Zainudin., S.Pd. (2015 – 2016)
  11. Helmy Zulfikar Zakky., S.Sos. (2016-2017)
  12. Thoha Ulil Albab., S.H. (2017-2018)
  13. Ahmad Safrudin., S.E. (2018-2020)
  14. Ginanjar Mulia., S.H. (2020-2021)

PENUTUP
Melihat perjalanan sejarah PMII, kita dapat mengetahui bahwa PMIi merupakan bagian dari komponen bangsa Indonesia yang berjuang atas nama bangsa dan rakyat Indonesia. PMII bergulat dengan keadaan yang telah mengasah kedewasaan organisasi. Terpaan sejarah menjadikan PMII menentukan pilihan-pilihan strategis organisasi tanpa meninggalkan nilai dan azas yang menjadi landasan pijak organisasi. Tiap masa dalam sebuah organisasi akan memiliki sejarahnya sendiri, dengan merefleksi secara obyektif keberadaan PMII dalam konteks kebangsaan maka kita akan dapat melangkah dan bergerak dalam masa kita. Melihat masa ke masa perjalanan PMII tentunya akan meneruskan estafet perjuangan organisasi tanpa terjebak pada romantis-heroisme. Situasi dan kondisi yang ada pada masa sekarang membutuhkan pola dan skema yang dapat diaplikasi-operasionalkan, sehingga kita tidak gagap dan gugup melihat perkembangan dunia. Dari sinilah kita dapat menentukan arah strategi organisasi untuk dapat diterjemahkan dalam konteks kekinian tanpa meninggalkan nilai, cita-cita dan tujuan luhur organisasi.

Tinggalkan komentar